Penderita Diabetes & Kolesterol Tinggi Rentan Impotensi
cemas hadapi impotensi (Foto: Corbis)
Ketika Anda tidak mampu mencapai atau mempertahankan ereksi, itulah yang dinamakan impotensi. Jangan panik, ini seringkali terjadi. Walaupun kenyataannya, satu dari 10 pria berusia 21 tahun ke atas mengalami impotensi, hanya sedikit pria yang mengetahui bagaimana terjadinya. Demikian diungkapkan pakarparenting dr. Miriam Stoppard dalam bukunya berjudul Panduan Kesehatan Keluarga.
Ada dua jenis impotensi (disfungsi ereksi), yaitu disfungsi ereksi primer dan disfungsi ereksi sekunder. Disfungsi ereksi primer terjadi sejak awal, yang berarti sejak awal penderita tidak mampu mencapai dan mempertahankan ereksi penis yang cukup, sehingga tidak mampu melakukan sanggama dengan baik.
Penderita disfungsi ereksi sekunder pada awalnya dapat mencapai ereksi penis yang cukup dan dapat melakukan senggama dengan baik. Tapi karena sesuatu kemudian terjadi gangguan, sehingga tidak dapat mencapai atau mempertahankan ereksi penis yang cukup untuk melakukan sanggama.
Hubungan antara disfungsi ereksi dengan ketidaksuburan pria (infertilitas pria) sendiri terletak pada tiga faktor. Pertama, kesulitan dalam mendepositkan air mani (semen) yang mengandung sperma ke dalam liang vagina istri. Kedua, biasanya frekuensi hubungan intim pria yang mengalami impotensi jauh berkurang.
“Yang ketiga, pada kasus-kasus hipogonadotropik atau hipogonadisme dapat menyebabkan terganggunya produksi sperma (spermatogenesis) yang diketahui ketika dilakukan pemeriksaan laboratorium sperma terjadi penurunan kuantitas sperma,” tutur dr. Anton Darsono Wongso, MM, MH, SpAnd, Spesialis Andrologi RS Awal Bros Tangerang yang ditemui Okezone secara eksklusif, belum lama ini.
Dikatakan dr. Anton, disfungsi ereksi dapat disebabkan oleh faktor psikis (psikogenik) atau fisik. Faktor psikis yang dapat menyebabkan disfungsi ereksi meliputi semua faktor dalam semua periode kehidupan, yaitu periode anak-anak, remaja, dan dewasa. Hal itu antara lain:
– Faktor perkembangan, misalnya dominasi orangtua, konflik orangtua-anak, trauma masa kecil, dan pengalaman seksual pertama kali.
– Faktor afektif, misalnya kecemasan, rasa bersalah, takut hamil
– Faktor antar personal, misalnya komunikasi tidak baik, kejenuhan, hilangnya daya tarik fisik
– Faktor kognitif, misalnya informasi yang salah (mitos).
– Faktor lain-lain, misalnya ejakulasi dini dan penyimpangan seksual (deviasi seksual).
”Sementara secara fisik, disfungsi ereksi bisa terjadi karena adanya gangguan anatomik, gangguan jantung, dan sistem pernafasan, gangguan ginjal, gangguan hormon, gangguan saraf, gangguan pembuluh darah, dan gangguan darah,” urai dr. Anton.
Beberapa contoh penyakit yang dapat mengakibatkan disfungsi ereksi ialah penyakit kencing manis (diabetes mellitus) yang dapat merusak saraf dan pembuluh darah penis, kolesterol tinggi, gangguan pembuluh darah, misalnya karena merokok dan menurunnya kadar hormon androgen.
Di samping itu, terdapat beberapa macam obat dan operasi yang dapat juga menyebabkan disfungsi ereksi, misalnya alkohol yang berlebihan, beberapa obat tekanan darah tinggi, hormon estrogen, beberapa obat penenang, operasi prostat, dan penis.
Recent Posts
- Memperlambat Ejakulasi
- Tanda-Tanda Pria Ejakulasi Dini
- Ejakulasi Dini, Sudah Ada Obatnya Lho!
- Catat! Ini Latihan-latihan ‘Penyembuh’ Ejakulasi Dini (2)
- 6 Cara mengatasi ejakulasi dini pria
- Tak Kunjung Hamil Setelah 4 Tahun Menikah
- Istri Kurang Bergairah
- Pompa untuk Membesarkan Payudara?
- Hindari Bercinta Saat Istri Sedang Haid
- Menelan Sperma Baik untuk Kesehatan?
- Problem Ejakulasi Tipe 2 dan Serotonin
- Dapatkah Mimpi Basah Dirangsang?
- Bahaya Onani pada Perempuan Lajang
- Takut Sakit Malam Pertama
- Melengkung Saat Ereksi, Normalkah?
- Cara Mengetahui Kualitas Sperma
- Orgasme Lewat “Sex by Phone”
- Agar Bercinta Tak Membosankan Bagi Pasutri, Perhatikan 13 Langkah Ini
- Efektifkah Kegel Atasi Ejakulasi Dini?
- Sering Masturbasi Jadi Gemuk?